Dulu.
Ya dulu
Pernah aku menjadi seorang bodoh pemegang prinsip mutlak bahwa dalam 1 ya satu, tidak ada yang dua apalagi tiga. Sebodohnya prinsip itu di dunia penuh sandiwara ini, aku tetap bangga menjadi seorang yang tak perlu bermain di banyak permainan. Ah, bukan, bukan permainan, aku tak pernah bermain-main. Seperti lebah yang mempertaruhkan nyawanya dalam sekali sengat. Tapi berkali-kali pula prinsip itu menjadi onggokan rongsokan kata-kata dan bualan. Ya, para pengkhianat sampah yang hanya mementingkan keegoisannya sendiri itu. Berkali kali kusalahkan mereka, ya orang lain itu. Pesandiwara buruk yang membuatku muak, yang tak kupungkuri adalah yang memang aku perjuangkan.
Tapi tidak, dunia mengajarkanku, orang lemah yang hanya bisa membicarakn kebenaran itulah bualan yang sebenarnya. Tapi...
Ya prinsip mengatakan bahwa kebenaran melahirkan kekuatan, prinsip lain mengatakan kita harus kuat untuk menegakkan kebenaran. Arrggghhhh....
Dunia macam apa ini, dunia penuh drama, penuh caci puji entah mana yang realita mana yang dusta, yang membawa bahagia yang membawa derita, sama saja semua. Tumpukan omong kosong yang bisa kau sebut, tumpukan sikap bohong yang bisa mereka tampakkan.
Yah, persepsi tidak lahir dalam semalam sehari, pengalaman yang membuatnya. Kukira semua itu percuma, kukira sudah terlalu banyak pundi-pundi dusta, kukira memang terlalu banyak noda pengiris miris.
Tidak, aku tahu dengan pasti masih ada mereka penjunjung prinsip mutlak. Aku melihatnya, aku mendengarnya, aku mempercayainya, dan bahkan aku bersamanya.
Tapi beginilah sayang Tuhan, memberikan yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Sedari ku sadar ketidaksamaan ini lah laut lintas luas tak terbatas yang harus kusebrangi.
"Why do you do impossible thing?"
Justru karena tidak mungkin lah maka enyah kalian suara lemah tong kosong, orang lemah penganggap benar. Hanya orang kuat yang mengerti, dan aku kuat!
Ya, mungkin padang bunga yang pernah dilewati sekian banyak, tapi saat ini aku tak mampu mengucap apapun, bukan tak bisa kulukis, tapi melihatku pun semua bisa melihatnya, aku bahagia.
Beginilah dunia fana, kalau angin menyapu lembut, tapi ombak karang jujur, bahwa sesuatu yang tidak bisa manusia lakukan, bisa Tuhan lakukan.
Sesekali aku ingin menjadi manusia biasa :
"mengapa harus ada perpisahan ya?"
"Mengapa ada ketidaksamaan?"
"Mengapa waktu dan jarak tega menjadi pemisah sejati yang terlalu sulit untuk dikalahkan?"
"Mengapa selalu begini?"
"Mengapa rasa ini tak bisa diteruskan"
Tuhan selalu punya jalan. ;)
Ya dulu
Pernah aku menjadi seorang bodoh pemegang prinsip mutlak bahwa dalam 1 ya satu, tidak ada yang dua apalagi tiga. Sebodohnya prinsip itu di dunia penuh sandiwara ini, aku tetap bangga menjadi seorang yang tak perlu bermain di banyak permainan. Ah, bukan, bukan permainan, aku tak pernah bermain-main. Seperti lebah yang mempertaruhkan nyawanya dalam sekali sengat. Tapi berkali-kali pula prinsip itu menjadi onggokan rongsokan kata-kata dan bualan. Ya, para pengkhianat sampah yang hanya mementingkan keegoisannya sendiri itu. Berkali kali kusalahkan mereka, ya orang lain itu. Pesandiwara buruk yang membuatku muak, yang tak kupungkuri adalah yang memang aku perjuangkan.
Tapi tidak, dunia mengajarkanku, orang lemah yang hanya bisa membicarakn kebenaran itulah bualan yang sebenarnya. Tapi...
Ya prinsip mengatakan bahwa kebenaran melahirkan kekuatan, prinsip lain mengatakan kita harus kuat untuk menegakkan kebenaran. Arrggghhhh....
Dunia macam apa ini, dunia penuh drama, penuh caci puji entah mana yang realita mana yang dusta, yang membawa bahagia yang membawa derita, sama saja semua. Tumpukan omong kosong yang bisa kau sebut, tumpukan sikap bohong yang bisa mereka tampakkan.
Yah, persepsi tidak lahir dalam semalam sehari, pengalaman yang membuatnya. Kukira semua itu percuma, kukira sudah terlalu banyak pundi-pundi dusta, kukira memang terlalu banyak noda pengiris miris.
Tidak, aku tahu dengan pasti masih ada mereka penjunjung prinsip mutlak. Aku melihatnya, aku mendengarnya, aku mempercayainya, dan bahkan aku bersamanya.
Tapi beginilah sayang Tuhan, memberikan yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Sedari ku sadar ketidaksamaan ini lah laut lintas luas tak terbatas yang harus kusebrangi.
"Why do you do impossible thing?"
Justru karena tidak mungkin lah maka enyah kalian suara lemah tong kosong, orang lemah penganggap benar. Hanya orang kuat yang mengerti, dan aku kuat!
Ya, mungkin padang bunga yang pernah dilewati sekian banyak, tapi saat ini aku tak mampu mengucap apapun, bukan tak bisa kulukis, tapi melihatku pun semua bisa melihatnya, aku bahagia.
Beginilah dunia fana, kalau angin menyapu lembut, tapi ombak karang jujur, bahwa sesuatu yang tidak bisa manusia lakukan, bisa Tuhan lakukan.
Sesekali aku ingin menjadi manusia biasa :
"mengapa harus ada perpisahan ya?"
"Mengapa ada ketidaksamaan?"
"Mengapa waktu dan jarak tega menjadi pemisah sejati yang terlalu sulit untuk dikalahkan?"
"Mengapa selalu begini?"
"Mengapa rasa ini tak bisa diteruskan"
Tuhan selalu punya jalan. ;)