Wednesday, October 17, 2012

untitle

Menebak mungkin artinya berlari
Menganggap mungkin suasananya akan pergi
Merasa mungkin saja itu cuma ilusi

Tapi peduli apa
Ini dunia bukan sekedar fana
Punya cara punya bahasa dan pula impian nyata
Bukankah menyerah itu lelah
Kalau ini basah tidakkah perlu gerah
Atau mungkin tawa ini hiperbola

Tidak
Dia, panggil saja waktu
Tegas selalu di depan sana
Membuka semua
Memaksa ataupun sengaja

Sunday, September 30, 2012

Bila Ini Lelah

Pagi yang ceria
Kicauan tak malu bermanja
Pun dengan dingin semu embun menari ria
Ah...indahnya fana
Tak bercela tak bernoda tak ada pula beban bersenda

Tapi apa ini apa
Terlipat rapi menekuk tak mau buka kaki
Sebilah gurat sepi senyum hanya di hati
Seperti barisan buku rapi
Senjata rahasia usang berdebu
Tapi apa ini apa
Kepak sayap merengek-rengek
Atau patuhnya alas menanti terinjak-injak
Tetap saja rapi menekuk, ataukah terpuruk?

Oh...ini lelah
Kado hadiah dari gelisah dan tapak tanpa arah
Kesetiaan dari harapan dalam angan
Oh...ini lelah
Ilusi dari lari yang tak pernah mati
Perasaan mengerti tak kunjung henti
Ataukah logika hati tanpa dasar
Kertas putih yang telah dirobek kasar

Bila ini lelah
Sejenak tinggalkan diri ini kan bangun
Bila ini lelah
Hendakkah masih penerjemah ucap menemani
Bila ini lelah
Sudikah kau disini tertawa menari sekedar senyumlah hadiah
Mungkin ini lelah
Biarkan ia rebah kini
Biarkan asa mengayuh nanti

Monday, September 24, 2012

Diam

Dingin, ya dingin
Bukannya malam identik dengan dingin
Atau redup cahaya yang kau kenang
Ataukah senyap dari suara yang tak mampu tuk berucap?

Oh..itu diam
Ya, bisu tanpa nada irama
Itu diam
Mungkin tak ada bahasa, kata, mungkin juga rahasia hampa
Apakah sang kelam juga diam
Diam kah suatu semu yang rapi terlena di hati
Kusam, mungkin diam itu kusam
Suram, adakah noda pena ataupun cerita udara tuturkan diam
kuatkah ia..
atau lunglai tanpa daya
Seperti dunia tanpa cahaya

Alasan untuk diam
Luap jauh daripada setumpuk jerami lagu
Lalu sang paham  pun bertanya
Jikalau rasa membuncah dari penjara kepala
Jikalau bilangan rasional jumlah ombak sudah menyusun melodi
Ataupun seruak bunga di padang sudah tertawa dan menari
Menebar dandelion
Masihkah kau memilih untuk diam?

Saturday, September 22, 2012

Perasaan tak tersampaikan

Mungkin malam ini langit tertawa
Mengapa? Ini lucu?
Hei, lama tak bersua
Apa ini sapa pertamamu
Tahukah kau ini sebuah cerita baru
Belum berdebu, belum haru, ataupun habis deru
Sebenarnya ini benar-benar hal baru
Fatamorgana pun tak mampu melisankan ini

Kau tahu di tempat aku menimba ilmu
Mataku dicuri oleh bunga semu
Elok, cerah, tebal, dan wangi
Ya, pandanganku terlalu cepat dicuri
Sampai-sampai aku baru saja menyadari
Ada bagian di diri yang ikut terbawa arus
Lupakan dahaga keras akan haus

namun sayang seribu sayang
Ketika dugaan sudah menyapa dengan riangnya
Sepertinya bunga sudah tumbuh di padang irama
Padang irama nun jauh disana
Ya aku termangu
Kalau ini sungai, sungai yang belum sampai ke laut
kering di tengah, arusnya terengut

Duga seribu duga
Memang ini hanya sebatas duga
namun mata mulai terbuka
Sang bunga sudah merajut senyum
Rapi tersimpan seseorang dikulum

Berakhirkah sebelum usai?

Abstract

Suatu saat kita kan bertanya
Mengapa malam kelam selalu sahabat resah gelisah yang parah
Suatu saat kita kan bertanya
Mengapa hujan teman dari hujan yang lain
Suatu saat kita kan bertanya..

Coba dengar kalau angin sudah berbisik
Menumpah berita membawa rasa yang terusik
Pandang pun mendengar dengan jelas
Menderu dalam berlalu
Merasa selalu dan selalu
Namun dia sembunyi
tanpa alasan penuh arti
ataukah hanya fatamorgana hati

Pulpen pensil saja mampu berbicara
hanya diam kah bibir?
Kalimat kalimat saja bercerita
hanya memendam kah hati?

Wednesday, February 22, 2012

Hidup

Ku bersimpuh aku tengadah
Lelah ratapi gundah yang kekal
Tapi aku tertawa
Merajut senyum senyum penghapus dahaga
Menyeret tapak tapak basah
Langkahnya orang orang fana
Tak pernah tampak jelas bila kau lihat

Dan terus,
Buatku terpana dengan malam
Meremas remas tekad tekad tak jelas
Sudah bias
Sudah tak berparas

Sadarilah
kalau saja semua sama
Takkan pernah ceria singgah bermain di dunia fana ini
Maka aku berbeda
Namun aku nyata
Aku tak pernah mencaci keadaan
Dan membunuh waktu
Yang sudah henyak diinjak

Kalau saja aku terbang
Pesawat pun kan tertabrak
Karena indera ini sudah pias
menuntut bahasa bahasa pengertian pada semesta
Tuk menempaku kemana kamu berada

Bunga pun mengerti
mana kumbang biadab
Mana kumbang beradab

Maka letakkanlah
nafas nafas bahagia hidup ini
selalu dan selalu
Hingga sanubari